Jakarta, 29 Oktober 2018 – Telkom menunjukkan kinerja yang sangat baik pada kuartal III dengan pendapatan tumbuh 8,8% QoQ dibanding kuartal II 2018. Pendapatan yang naik signifikan ini sebagai hasil dari upaya monetisasi layanan data dan pengendalian biaya yang berjalan dengan baik. Sebagai hasilnya, EBITDA dan Net Income tumbuh cukup tinggi masing-masing sebesar 35,5% dan 86,7% QoQ dibanding kuartal II tahun ini.

Direktur Keuangan Telkom Harry M. Zen menyampaikan, kinerja kuartal III jauh lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya. “Peningkatan ini merupakan hasil dari upaya Perseroan dalam memperkuat kinerja segmen bisnis mobile, disamping terus menumbuhkan segmen bisnis fixed line dan melakukan pengelolaan biaya secara efektif,” ujar Harry.
 
Di kuartal III 2018, segmen bisnis mobile Telkomsel berhasil meraih pendapatan Rp23,0 triliun atau tumbuh 10,1% QoQ dibandingkan kuartal II 2018. Salah satu pendorong utama pencapaian ini adalah strategi yang tepat di segmen Digital Business Telkomsel yang tumbuh cukup tinggi. Segmen bisnis digital, khususnya layanan Data, masih menjadi mesin pertumbuhan Telkomsel dan mengkontribusi 54,2% dari total pendapatan Telkomsel di kuartal III 2018.
 
Telkomsel juga berhasil melakukan pengendalian biaya dengan baik meskipun terus gencar menggelar BTS 4G di seluruh Indonesia. Biaya operasional Telkomsel mengalami sedikit penurunan sebesar 0,1% dibandingkan kuartal sebelumnya dan memberikan dampak terhadap kenaikan EBITDA sebesar 20,7% QoQ menjadi Rp12,4 triliun dan laba bersih sebesar 24,0% QoQ menjadi Rp6,6 triliun.
 
Untuk meningkatkan kualitas jaringan dan menciptakan excellent customer experience untuk mendukung penggunaan data traffic yang tinggi, selama tahun 2018 Telkomsel telah membangun 22.578 BTS yang semuanya merupakan BTS 4G. Dengan penambahan tersebut, secara total, hingga akhir September 2018 Telkomsel telah membangun 50.755 BTS 4G. Sehingga, total BTS on-air Telkomsel mencapai 183.283 unit, dengan 72,5% di antaranya merupakan BTS 3G/4G. Pengembangan jaringan ini mendukung layanan prima kepada para pelanggan Telkomsel. Pada kuartal III 2018, jumlah pelanggan Telkomsel mencapai 167,8 juta di seluruh Indonesia, yang 112,6 juta di antaranya merupakan pengguna layanan data. 
 
Sementara itu Bisnis Digital Telkom semakin menunjukkan peningkatan yang signifikan di sembilan bulan pertama tahun ini dengan capaian pertumbuhan sebesar 21,2%  dibanding periode yang sama tahun lalu, dengan mencatatkan kontribusi dominan sebesar 51,88% dari total pendapatan perseroan. 
 
Kinerja segmen bisnis Fixed Line Telkom juga terus mengalami penguatan. Pada Sembilan bulan pertama di tahun 2018, pendapatan dari layanan IndiHome tercatat sebanyak Rp9,0 triliun atau meningkat 57,7% dari tahun lalu. Kontribusi ini diraih berkat peningkatan produktivitas tenaga sales dan teknisi, diversifikasi produk yang menarik dan konten-konten berkualitas, serta sistem IT yang semakin andal. ARPU IndiHome juga meningkat dari Rp251 ribu pada kuartal II 2018 menjadi Rp 258 ribu pada kuartal III 2018.
 
Selama sembilan bulan pertama 2018, pelanggan IndiHome bertambah 1,7 juta, sehingga total pelanggan hingga akhir September 2018 mencapai 4,7 juta atau meningkat 101,2% dibandingkan tahun lalu, di mana 52% di antaranya merupakan pelanggan layanan Triple Play.
 
Sementara itu, untuk segmen bisnis Enterprise, dalam sembilan bulan pertama ini terdapat peningkatan pendapatan sebesar 18,9% YoY. Pertumbuhan di segmen ini diproyeksikan terus menguat seiring dengan tren digitalisasi bisnis di berbagai perusahaan-perusahaan di Indonesia. Telkom berada di posisi yang strategis dalam mendukung tren digitalisasi tersebut, karena kami memiliki jaringan konektivitas, data centers, hingga menyediakan beragam platform dan solusi berbasis teknologi digital yang terintegrasi.
 
Di sisi lain, segmen bisnis Wholesale and International juga mengalami peningkatan 32,6% dari periode yang sama di tahun 2017. Segmen ini ditargetkan terus tumbuh hingga akhir tahun 2018, didukung oleh infrastuktur terutama backbone, baik domestik dan internasional.
 
Sehingga di tengah persaingan industri yang semakin ketat, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) membukukan pendapatan Rp99,2 triliun pada sembilan bulan pertama 2018 atau tumbuh 2,3% dibandingkan periode yang sama tahun 2017. Sementara itu, EBITDA tercatat Rp 44,9 triliun dan laba tercatat sebesar Rp14,2 triliun.
 
Saat ini, Telkom tengah menyelesaikan pembangunan sistem kabel laut Indonesia Global Gateway (IGG) yang diperkirakan rampung pada akhir 2018. IGG menghubungkan sistem kabel laut South East Asia – Middle East – West Europe 5 (SEA-ME-WE-5) dengan South East Asia – United States (SEA-US). Pembangunan IGG merupakan milestone penting untuk menjadikan Telkom sebagai global digital hub.
 
Telkom juga baru saja meluncurkan Satelit Merah Putih pada 7 Agustus lalu. Satelit Merah Putih membawa 60 transponder aktif yang terdiri dari 24 Standard C-band dan 12 Extended C-band yang menjangkau Asia Tenggara serta 24 Standard C-Band dengan jangkauan Asia Selatan. Selain untuk menyediakan akses information & communication technology (ICT) di wilayah-wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) di Indonesia, keberadaan Satelit Merah Putih juga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap satelit asing.
 
Telkom juga telah menerbitkan Medium Term Notes (MTN) dengan nilai Rp1,5 triliun, untuk memperbaiki profil hutang, dengan memperbesar porsi pinjaman dengan bunga tetap. Hal ini sebagai antisipasi atas potensi naiknya suku bunga dalam beberapa tahun ke depan. Telkom menawarkan MTN konvensional dan syariah ijarah, masing-masing dalam tiga seri. MTN tersebut berdurasi satu tahun, dua tahun, dan tiga tahun dengan bunga tetap atau bagi hasil masing-masing sebesar 7,25%, 8,0%, dan 8,35%.
 
Sampai dengan akhir tahun 2018, Telkom mengalokasikan capital expenditure (capex) sekitar 25% dari total pendapatan Perseroan. Alokasi belanja modal terbanyak digunakan untuk mendukung bisnis broadband.
 
“Telkom terus fokus memperkuat infrastruktur untuk meningkatkan kualitas layanan yang mendukung excellent customer experience. Dengan jaringan infrastruktur yang kuat dan andal, diharapkan Perseroan dapat menciptakan sustainable competitive growth dalam jangka panjang,” demikian tutup Harry M. Zen.